22 Oktober 2008

Ancaman Sampah Elektronik

Kemajuan teknologi saat ini bisa dibilang terlalu maju dengan pikiran manusia sebelum menemukan teknologi. Hp, computer, peralatan elektronik, hingga kendaraan bermotor nanti ketika 10-15 tahun ke depan tentunya tidak akan dipakai lagi dan jadilah apa yang disebut sampah elektronik. Sebagian besar dari sampah tersebut tidak dapat diterima oleh alam dan dapat mengganggu kehidupan manusia ke depannya sendiri.

Sebenarnya apakah sampah elektronik itu ?
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.(http://www.wikipedia.org/.org/). Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Sampah dalam fase padat umumnya dapat diolah kembali atau didaur ulang. Sampah dalam fase cair biasanya berbentuk limbah yang perlu diolah agar tidak berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan sampah dalam fase gas dapat dikatakan sebagai emisi, dimana emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Sebagian besar sampah di dunia ini ditimbulakan oleh kegiatan manusia itu sendiri.
Sedangkan Sampah elektronik merupakan jenis sampah yang berasal dari barang-barang elektronik yang telah rusak, maupun tidak dipakai lagi oleh penggunanya. (http://www.meta.wikipedia.org/ewaste/#). Barang-barang bekas berupa komputer, air conditioner (AC), mobile phone, TV, tape recorder, monitor, kulkas, dan lainnya masuk kedalam kategori sampah elektronik. Barang-barang tersebut setelah tidak digunakan lagi sebenarnya memiliki nilai ekonomis dimana material-material yang terkandung di dalamnya masih dapat digunakan untuk menghasilkan barang elektronik lainnya.


Masalah utama
Hal utama yang menjadi permasalahan adalah limbah-limbah elektronik tersebut memiliki potensi bahaya karena kandungan logam berat yang dimilikinya, misalnya Pb, Hg, Cd, Cr, PBB, dan PBDE. Logam-logam tersebut memiliki efek karsinogen (zat pemicu kanker) dan kandungan racun yang tinggi yang tidak hanya berbahaya bagi lingkungan namun juga bagi kesehatan.
Pertumbuhan sampah elektronik dipicu maraknya pertumbuhan bisni elektronik. Harga produk yang semakin murah menyebabkan turunnya harga untuk mengganti komputer, ponsel, dan perangkat elektronik lainnya. Seiring hal tersebut, usia produk juga semakin singkat, begitu ada barang baru konsumen ingin menggantinya dengan dengan yang baru karena merasa produk yang lama sudah ketinggalan zaman.
Sampah elektronik dunia diperkirakan mencapai 50 juta per tahun, dan ironisnya sampah elektronik ini cenderung dibuang oleh negara-negara kaya kepada negara-negara miskin di Afrika. Sehingga dampak negatif dari sampah elektronik ini mengimbas kepada masyarakat disana selagi kita belum bisa menemukan solusi apa yang tepat untuk mengelola sampah elektronik ini.


Sesungguhnya apa yang perlu kita takuti dari sampah elektronik?
Kita dapat mengambil contoh dari beberapa sudut pandang seperti :
  • Lingkungan
    Pengelolaan sampah elektronik yang tidak baik dapat mencemari lingkungan dengan bahan kimia beracun dan logam berat. Timbunan sampah elektronik dapat membocorkan timah, merkuri, arsenik, kadmium, berilium, dan racun lain ke dalam tanah. Jika dibakar dengan cara biasa, sampah-sampah elektronik bisa menimbulkan racun dan zat kimia berbahaya seperti barium dan merkuri yang dapat meracuni tanah, dan juga melepaskan asap berbahaya yang mengandung serangkaian karsinogen dan racun-racun lainnya. Apabila ditimbun dalam tanah, unsur logam dalam barang-barang elektronik seperti timah dan timbal akan terlepas dan langsung mencemari tanah dan air tanah
  • Kesehatan
    Ketika dibuang di TPA, sampah elektronik menghasilkan lindi yang mengandung berbagai macam logam berat terutama merkuri, timbal, kromiun, kadmium, barium, dan senyawa berbahaya seperti PBDE (polybrominated diphennylethers). Logam merkuri dikenal dapat meracuni manusia dan merusak sistem saraf otak, merusak ginjal, berbahaya bagi perkembangan janin dan bisa berpindah melalui air susu ibu, serta menyebabkan cacat bawaan seperti yang terjadi pada kasus Teluk Minamata, Jepang. Timbal, selain dapat merusak sistem saraf, juga dapat mengganggu sistem peredaran darah, ginjal, dan perkembangan otak anak. Dalam paparan rendah, timbal dapat menurunkan IQ, menyebabkan hiperaktif, dan gangguan prilaku. Timbal dapat terakumulasi di lingkungan dan dapat meracuni tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Kromium dapat dengan mudah terabsorpsi ke dalam sel sehingga mengakibatkan berbagai efek racun, alergi, dan kerusakan DNA. Selain itu, menghirup bentuk heksavalen dari kromium dapat merusak hati dan ginjal, menigkatkan risiko kanker paru-paru, serta menyebabkan bronchitis dan asma. Sedangkan kadmium adalah logam beracun yang efeknya tidak dapat balik bagi kesehatan manusia. Kadmium masuk ke dalam tubuh melalui respirasi dan makanan dan kemudian merusak ginjal dan tulang. Barium di atas kadar normal menyebabkan gangguan lambung dan usus, kelemahan otot, kesulitan bernapas, dan kenaikan atau penurunan tekanan darah. Sementara itu, senyawa PBDE merupakan salah satu jenis brominated flame-retardants, suatu senyawa yang digunakan untuk mengurangi tingkat panas (flammability) pada bagian produk elektronik seperti PCB, komponen konektor, kabel, dan plastik penutup TV atau komputer. Ekspos terhadap PBDE diduga dapat merusak sistem endokrin dan mereduksi level hormon tiroksin di hewan mamalia dan manusia sehingga perkembangan tubuhnya menjadi terganggu.Jenis lain dari brominated flame-retardants adalah PBB (polybrominated biphennyls). Sekali PBB terlepas ke lingkungan, senyawa tersebut dapat masuk ke dalam rantai makanan dan terakumulasi di dalam jaringan makhluk hidup. Manusia yang mengonsumsi makanan yang mengandung zat ini menghadapi risiko 23 kali lebih tinggi terserang kanker saluran pencernaan, seperti kanker lambung, pankreas, liver, dan limfa.
  • Pembakaran sampah elektronik di insinerator juga sangat berbahaya karena menghasilkan dioksin dan logam berat seperti berilium, suatu karsinogen dan debunya menyebabkan penyakit paru-paru. Senyawa PVC (polyvinylchloride) biasanya terdapat di kabel dan bodi barang elektronik. Ketika dibakar senyawa ini akan membentuk polychlorinated dibenzodioxins (dioksin) dan polychlorinated dibenzofurans (furan), suatu senyawa yang bersifat persisten, terakumulasi secara biologis, dan bersifat karsinogen. Selain itu, dioksin juga mengganggu sistem hormon, memengaruhi pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan sistem kekebalan tubuh.

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah elektronik ini. Antara lain dengan Daur Ulang dan EPR (Extended Producer Responsibility) yaitu suatu program dimana produsen bertanggung jawab mengambil kembali produk-produk yang tidak terpakai lagi. Hal ini bertujuan untuk mendorong produser meminimalisir pencemaran dan mereduksi penggunaan sumber daya alam dan energi dari setiap tahap siklus hidup produk melalui rekayasa desain produk dan teknologi proses.

Semoga dengan penjelasan yang cukup singkat ini kita dapat meminimalisasi kemungkinan bumi kita ini hancur oleh ulah manusia sendiri.

"SAVE OUR EARTH !!"

1 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel anda:

http://lingkungan.infogue.com/
http://lingkungan.infogue.com/ancaman_sampah_elektronik

promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!